SENI BUDAYA
Fitri Yani
Kisah di Pagi Hari
lapangan rumput begitu sunyi
bulir-bulir embun meleleh sendiri
setelah semalaman menyatukan diri
(2009)
Lelaki Kepada Kekasihnya
cintaku padamu:
rumah perak di tengah belantara
tamannya adalah kata-kata
yang kutanam di hatimu.
(2010)
Malam di Atas Sampan
bintang di angkasa berserakan
berjatuhan di sungai
lelaki tua memungutnya
ke dalam sampan
(2009)
Menunggu
ada yang hidup dari rindu
tumbuh
di dalam kalbu
dan setiap malam
datang membelai
dengan syahdu.
(2010)
Putaran Debu
desau kemarau
berasap biru
anak hujan tertidur
di balik rerumputan
di putaran debu
jelas kulihat rautMu
(2009)
Laila Awalia
Di Liang Cerita
Di mana kan kukubur duka?
di liang ceritamu yang kau pesan beberapa hari yang lalu
di pekuburan luka tempat kau biasa memetik kamboja:
bunga mati yang tak bisa diam melihat sejarah
selalu ada kisah sebelum kamboja jatuh ke tanah
Natar, 10 Maret 2010
Jangan Menangis
Ketika Aku Tak Ingin Mendengarmu Berpuisi
: dindaAku tak ingin lagi mendengarmu berpuisi
simpan sajalah kata-katamu sebagai warisan untuk masa ketika aku tak lagi bisa melihatmu
atau untai saja sajak-sajakmu itu jadi hujan agar bisa kupajang sebagai tirai tepat di depan pintu ruang hatiku
jangan pernah menangis di depanku ketika aku bilang aku tak suka puisimu
untuk apa uraikan air mata?
simpan sajalah sebagai mutiara untuk masa ketika aku tak lagi bisa bersamamu,
dinda
Natar, 1 Maret 2010
Hari Ini, Ayah
-untuk rindu
Terhempas kenangan
tentang ayah
kasih yang membayang dalam perjalanan
rindu yang terhatur di setiap tutur
cinta yang terikat tanpa paksaan
berhembusnya, lembut seperti bayu di pucuk rumput
melagunya, syahdu
o, waktu yang membawa kenangan
mengabadilah dalam doa-doa diri, selepas berserah diri
Natar, 20 September 2009
Senja dan Jendela
Pada bola matamu
kupahat senja dari jendela
yang setiap hari selalu jadi teman tanpa keluh
- tak ada senja yang abadi -
selalu kulihat dari matamu
yang entah sejak kapan
bisa mengerti bahasaku
- maka kupahat ia dari jendela
sebab tak ada lagi yang bisa kuabadikan untuk sebuah kenangan
bersama waktu yang sebentar jua akan senja –
Sedang kau terus pula memahatku
dalam pandanganmu
hingga tak ada saat ku bisa mengelak
ketika matamu mengajariku bahasa berbeda
bahasa senja yang lain
yang bisa lahirkan warna yang lain
untuk jadi teman bermain
bagi hari-hari di jendela
yang selalu terbuka
Natar, 22 April 2008
Ini Rumah Kita
: AdhityaIni rumah kita, Adhitya
tempat dulu cinta melahirkan kita dalam selimut sejarah
lalu membesarkan kita dalam asuhan katakata
dan mendewasakan kita dengan berjuta kisah
ini rumah kita, Adhitya
tempat kita menuang air mata ke dalam mangkuk-mangkuk cerita
ketika tak lagi ada obat untuk tawarkan duka
tempat kita mengobati luka dengan bahasa
ketika cinta ternyata mampu mengkhianati kita
ini rumah kita, Adhitya
tempat bunda selalu ajarkan berbagi rasa
tempat ayah selalu tunjukkan bahwa kita bisa
ini rumah kita, Adhitya
tempat dulu kita diberi nama:
Cinta
Natar, 3 Maret 2010
------------
Fitri Yani, lahir 28 Februari 1986. Alumnus FKIP Universitas Lampung ini beberapa puisinya terpublikasi di beberapa media cetak dan antologi bersama. Dia mendapat penghargaan sebagai lima terbaik cipta puisi Radar Bali Literary Award 2009.
Laela Awalia, lahir di Natar, 5 April 1986. Puisi dan cerpen anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Lampung ini dimuat beberapa media.