Rabu, 15 Juni 2011

Sajak Dahta Gautama

Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved.
Minggu, 1 Maret 2009

Sajak Dahta Gautama

Perkawinan

(betapa pahit mengingatmu dalam sunyi)

aku akan mengucapkannya, di helai rambutmu

kalimat cinta. dengan keberanian manusiaku.

ingatkah:

ketika di atas lantai keramik, seorang bernama lelaki

menyeret sandalnya

di sudut ruangan ia bersimpuh, memandangi lautan di wajahmu

kemudian menyentuh jari-jari kakimu, bulu-bulu, betis

tetapi jarak begitu luas

ternyata tidak sebatas desah napas dan erangan kasar

manusia kita.

cinta ini, menyisakan bau keringat yang mengering di lantai

pada seutas senyummu yang landai

kulihat ada bidadari, yang berkata-kata dalam bahasanya sendiri.

adalah ruh bersayap emas

mengepak, kitari bentang awan

seperti sedang menggapai matahari

yang terbenam di pinggir sungai.

cinta ini akan berakhir

ketika ciuman panasmu terasa sedih

menyisakan warna bibirmu, di sampul album:

foto perkawinan kita

Perumahan Manusia

Bila ada sepi yang lebih sepi

itu adalah kesepian yang tak bertepi.

aku memandang lautan panas menggelegak

di tepi jalan, di bawah pohon kemiri di belakang rumah.

pada siang yang tak ada angin

aku jatuh cinta pada sepi ini

tanpa kata-kata, tanpa tepuk tangan

tak ada orang-orang berjalan.

barangkali tak ada sepi lagi

ketika aku mulai membangun perumahan manusia.

menganyam jala-jala

memetik bunga-bunga melati

dan meniru kicau kutilang. saat itu kekasihku yang perawan

telanjang di taman buah.

Barangkali tak ada sepi

bila aku mau membuka pintu.

Sajak Tahun Luka

Mengapa masih tertegun di sana

wahai pohon-pohon tua nelangsa

bukankah hidup bagian dari menahan iba?

wahai petualang yang mengepalkan tangan

mengepakkan sayap-sayap kerinduan

wahai air mata yang mengalir lelah

pada seraut wajah tanah

menahan hentakan darah yang senantiasa

mengambang di matamu.

ternyata matahari itu milik ibu

yang melahirkan desa-desa.

(dan pengembaraanmu pada luas tanah patah

tak kau jumpai matahari)

Bila tangis di akhir bulan pecah

dan hujan tak tiba

pulanglah pada ibu.

kisahkan pada gadis desamu

sejarah sayap-sayapmu yang terluka.

dalam peperangan di kota-kota.

Bahwa darah tidak selalu berwarna merah

Cakrawala


Engkau terjebak cakrawala

sunyi. sebagai rahasia-rahasia

yang sulit dibaca. maka aku pun

paham. untuk segera membuka album tua

yang senantiasa engkau simpan.

di sana, ada gambar dirimu

sedang memanah cakrawala

Dahta Gautama, lahir di Hajimena, 24 Oktober 1974. Tahun 1998, sempat tinggal di Tokyo dan Kyoto (Jepang) selama satu tahun.