Kamis, 02 Juni 2011

SAJAK-SAJAK Alex R. Nainggolan

Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved.
Minggu, 13 Maret 2011

SAJAK-SAJAK Alex R. Nainggolan

Kafe Malam

di sudut kafe malam, udara makin remang

masih kuhirup juga jejak bayangmu

yang terus bergetar di sisi kenangan

semestinya kukecup lagi bibirmu

agar tuntas gelisah dan jalanan reda dari hujan yang basah

tapi alun musik lembut menampar

ada yang tak pernah selesai antara kita

sementara berita mengeras dalam setiap kepal

dan kita terlalu bebal

untuk memaknainya

lalu membiarkan segala kisah sedih lewat

sendirian

di sebuah kafe malam

aku tahu, engkau tak pernah selesai

menikmati segelas capucino hangat atau akhir sebuah lagu

tapi kita selalu terdampar

diam di tempat yang sama

di refrain lagu yang itu saja

2011

Lingkaran

di lingkaran ini, sesungguhnya aku sendiri

bermula dari titik yang sama dan akan kembali

berharap musim-musim segera menepi

dan angin menyibak segala getah hening

tapi kau melulu beranjak

mendatangi pasar-pasar baru yang penuh cahaya

membuka kerling mimpi

juga geriap harap

meski tak kunjung menggertap

di lingkaran ini semula adalah nol

adalah suatu yang tak ada

ketika kaukunci semua kisah

mengabaikan segala rencana

dan luput menghitung dosa

2011

Ranting Cuaca

ranting cuaca itu patah lagi

seperti sunyi yang tak berdetak

menembus seluruh musim

terkunci

meski kau berusaha untuk memungutnya

ada yang tak sama

ketika terkumpul patahan dahannya

di sana cuma ada getah luka

kerap ngucur sepanjang hari

sepanjang tahun

sepanjang larat

ranting cuaca itu patah

dan terbelah jadi dua

tak bisa kaubaca

bahkan ketika hujan

mengurung tak kunjung henti

2011

Nama Tuhan

nama tuhan tergenang

di sepanjang jalan

raung amarah

terbakar dan membara

dalam darah

rumah ibadah dan sekolah

terbakar

tinggal arang

menyisa dalam remang

tubuh-tubuh lengang

tanpa nyawa

tak ada teriak kesakitan

penuh memar

bilur yang pecah

tanpa airmata

tajam mata itu

penuh api

nama tuhan berlompatan

hujan api

gelisah diri

tak ada rapat serdadu

atau runcing duri pagar

hanya seribu kepal

menghantam udara bebal

nama tuhan kekal

bahkan ketika benci sembunyi

di ujung tinju

2011

Kerumun

mereka masih berkerumun

di airmancur tengah kota

hari telah panas di paras

dan tumit sepatu mengeras

juga para serdadu

dengan tameng atau gagang senapan

seperti kumpulan amarah pecah

barisan yang memerah

dan suara ledakan

akan terdengar di gendang telinga

2011

--------

Alex R. Nainggolan, lahir di Jakarta, 16 Januari 1982. Menyelesaikan studi di Jurusan FE Unila, Jurusan Manajemen. Beberapa kali memenangkan lomba penulisan. Tulisan berupa cerpen, puisi, dan esai di berbagai media dan antologi bersama.