Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved.
Minggu, 13 Maret 2011
SAJAK-SAJAK Alex R. Nainggolan
Kafe Malam
di sudut kafe malam, udara makin remang
masih kuhirup juga jejak bayangmu
yang terus bergetar di sisi kenangan
semestinya kukecup lagi bibirmu
agar tuntas gelisah dan jalanan reda dari hujan yang basah
tapi alun musik lembut menampar
ada yang tak pernah selesai antara kita
sementara berita mengeras dalam setiap kepal
dan kita terlalu bebal
untuk memaknainya
lalu membiarkan segala kisah sedih lewat
sendirian
di sebuah kafe malam
aku tahu, engkau tak pernah selesai
menikmati segelas capucino hangat atau akhir sebuah lagu
tapi kita selalu terdampar
diam di tempat yang sama
di refrain lagu yang itu saja
2011
Lingkaran
di lingkaran ini, sesungguhnya aku sendiri
bermula dari titik yang sama dan akan kembali
berharap musim-musim segera menepi
dan angin menyibak segala getah hening
tapi kau melulu beranjak
mendatangi pasar-pasar baru yang penuh cahaya
membuka kerling mimpi
juga geriap harap
meski tak kunjung menggertap
di lingkaran ini semula adalah nol
adalah suatu yang tak ada
ketika kaukunci semua kisah
mengabaikan segala rencana
dan luput menghitung dosa
2011
Ranting Cuaca
ranting cuaca itu patah lagi
seperti sunyi yang tak berdetak
menembus seluruh musim
terkunci
meski kau berusaha untuk memungutnya
ada yang tak sama
ketika terkumpul patahan dahannya
di sana cuma ada getah luka
kerap ngucur sepanjang hari
sepanjang tahun
sepanjang larat
ranting cuaca itu patah
dan terbelah jadi dua
tak bisa kaubaca
bahkan ketika hujan
mengurung tak kunjung henti
2011
Nama Tuhan
nama tuhan tergenang
di sepanjang jalan
raung amarah
terbakar dan membara
dalam darah
rumah ibadah dan sekolah
terbakar
tinggal arang
menyisa dalam remang
tubuh-tubuh lengang
tanpa nyawa
tak ada teriak kesakitan
penuh memar
bilur yang pecah
tanpa airmata
tajam mata itu
penuh api
nama tuhan berlompatan
hujan api
gelisah diri
tak ada rapat serdadu
atau runcing duri pagar
hanya seribu kepal
menghantam udara bebal
nama tuhan kekal
bahkan ketika benci sembunyi
di ujung tinju
2011
Kerumun
mereka masih berkerumun
di airmancur tengah kota
hari telah panas di paras
dan tumit sepatu mengeras
juga para serdadu
dengan tameng atau gagang senapan
seperti kumpulan amarah pecah
barisan yang memerah
dan suara ledakan
akan terdengar di gendang telinga
2011
--------
Alex R. Nainggolan, lahir di Jakarta, 16 Januari 1982. Menyelesaikan studi di Jurusan FE Unila, Jurusan Manajemen. Beberapa kali memenangkan lomba penulisan. Tulisan berupa cerpen, puisi, dan esai di berbagai media dan antologi bersama.