Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved. Minggu, 10 Mei 2009 |
Sajak-sajak Binhad Nurrohmat |
Iblis Tanjung Barat Tak ada yang kucinta selain tuhan namun tuhan gandrung kepada Adam. Bijakkah tak kubenci umat manusia semembara api birahi sekujur semesta? Tiada musuhku yang melebihi mereka tapi tuhan memilihnya jadi sekutu hingga kesumatku tergoda menyulut surga dan menghanguskannya tanpa sisa. Nirwana menjelma nerakaku yang pertama setelah manusia menjamah singgasana tuhan dan bara amarah membakar rasa terbuangku sejak mereka curi kasih tuhan dan aku tersisih. Cinta serupa tuhan yang mengutuk cemburuku pada manusia yang manja menghuni nirwana dan melulu menitahku tulus memujinya semulia sujud api pada tanah liat paling hina. Sekujurku terterungku masygul di firdaus setelah tuhan menikam jantung gandrungku. Kenapa gelora cinta menjelma marabahaya sejak ada tikaman begitu dalam menganga? Atas nama segala perseteruan dan dendam kupupuskan segala kepatuhan yang kudus dan kukelabui manusia dengan kelembutan agar tuhan tahu betapa agung kesumatku. Akan kutinggalkan surga bersama manusia dan aku gentayangan dengan dada terluka. Aku ingin mereka terusir bersamaku semata dan terpenjara sesal abadi Adam dan Hawa. Akan kupanggang dunia di tungku kecewa sepanas sajak membara di dasar neraka dan kerongkongku mereguk seisi nirwana seamis genangan haid pertama Hawa. Aku bakal hidup selamanya di semesta karena lebih mulia ketimbang manusia. Aku lahir dari kobar api panas jumawa dan mereka tercipta dari tanah ternista. Aku dan silsilahku tak saling bertikai sebab musuh agungku umat manusia. Kelak mereka girang membasmi sesama sejak kurasuki kemurnian darahnya. Kutertawakan hunusan kejahatan menujah segala keluhuran dunia dan kucibir semua kebajikan manusia agar sekujurnya terlumur durjana. Di liang telinga kemelaratan kutiupkan dusta melebihi busuk selokan mengaliri kota-kota. Di lubuk kemakmuran kusematkan ketamakan seharum firdaus melenakan moyang manusia. Kulucut kain perempuan yang segar raganya dan semua mata pejantan rakus melahapnya. Aku ingin murka tuhan mengutuk manusia dan mereka mengira tuhan cemburu belaka. Simaklah, tuhan yang mencampakkanku berang pada dunia penuh makhluk durhaka. Aku bersekutu dengan silsilah Adam dan Hawa mencemari tahta langit dengan jelaga dosa. Aku seruncing tanjung terhunus ke arah lautan mengincar langkah matahari ke arah barat kelam dan tuhan melulu ingin membelenggu tubuhku dengan tangan salih manusia ringkih dan dungu. Aku jadi awal penyesalan tuhan sebelum Adam dan Hawa mengkhianati firman dan mereka menjelma mula kemenanganku setelah aku tersisih dari sentuhan kasih tuhan. Kegelapan menjelma kerajaan abadiku dan sarang termulia untuk membangkang. Tak ada nyali cahaya menyentuh tubuhku yang melebihi legam arang paling berdosa. Birahiku lebih perkasa dari seluruh gairah manusia dan ciumanku mengulum segala kesepian semesta. Kujamah jantung hasrat para nabi dan orang suci hingga segala kecemasan tuhan terbangkitkan. Untuk apa aku ada jika bukan untuk makar pada segala cinta manusia pada tuhannya? Kelak aku berpesta di neraka selamanya merayakan puncak gemilang jahanamku. Kuhuni relung terdalam gairah manusia yang angkuh mencibir keagungan alam baka dan kulempangkan arah jalan paling manis untuk meninggalkan tuhan seteguh iman. Tanpa bisikanku yang memabukkan manusia hilang rasa menjamah dunia dan terkubur taburan serbuk hampa hingga godaan firman membiusnya. Aku berkacak di puncak semesta tertinggi menandingi kegagahan tuhan ketika muda dan kupikat pilihan manusia lewat bujukan yang mengecoh kesucian telinga hatinya. Cintaku yang tercampak dari nirwana terus meronta di sekujur perih hayatku yang mengembarai semesta sebagai pecundang yang bertarung demi seluruh kemenangan. Hanya manusia tempatku bertaruh selamanya demi merebut pengatup nganga rasa kecewa dan memompa hasrat yang tak pernah bosan menaklukan nama tuhan di penjuru segala. Setelah tuhan menampik keagungan cintaku kasih yang tersingkir memaksaku mengusir kekudusan dari sekujur manusia dan semesta dengan ketegaran yang menggema ke luar nirwana. Dan kumuliakan segala kesesatan selamanya seluhur meninggikan rasa cinta untuk kebajikan hingga seisi semesta pergi dan tuhan tinggal sendiri menyesali segala firman kutukan yang tak terperi. ----- Binhad Nurrohmat, lahir di pedalaman Lampung, 1 Januari 1976. Baginya, tindakan penyair adalah puisi yang ditulisnya. Menyiarkan empat buku puisi dan satu buku esai. Pada musim panas, musim gugur, dan musim dingin 2008 menjadi visiting writer di Semenanjung Korea. |