Sabtu, 18 Juni 2011

Sajak-sajak Binhad Nurrohmat


Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved.
Minggu, 10 Mei 2009
Sajak-sajak Binhad Nurrohmat

Iblis Tanjung Barat

Tak ada yang kucinta selain tuhan

namun tuhan gandrung kepada Adam.

Bijakkah tak kubenci umat manusia

semembara api birahi sekujur semesta?

Tiada musuhku yang melebihi mereka

tapi tuhan memilihnya jadi sekutu

hingga kesumatku tergoda menyulut surga

dan menghanguskannya tanpa sisa.

Nirwana menjelma nerakaku yang pertama

setelah manusia menjamah singgasana tuhan

dan bara amarah membakar rasa terbuangku

sejak mereka curi kasih tuhan dan aku tersisih.

Cinta serupa tuhan yang mengutuk cemburuku

pada manusia yang manja menghuni nirwana

dan melulu menitahku tulus memujinya

semulia sujud api pada tanah liat paling hina.

Sekujurku terterungku masygul di firdaus

setelah tuhan menikam jantung gandrungku.

Kenapa gelora cinta menjelma marabahaya

sejak ada tikaman begitu dalam menganga?

Atas nama segala perseteruan dan dendam

kupupuskan segala kepatuhan yang kudus

dan kukelabui manusia dengan kelembutan

agar tuhan tahu betapa agung kesumatku.

Akan kutinggalkan surga bersama manusia

dan aku gentayangan dengan dada terluka.

Aku ingin mereka terusir bersamaku semata

dan terpenjara sesal abadi Adam dan Hawa.

Akan kupanggang dunia di tungku kecewa

sepanas sajak membara di dasar neraka

dan kerongkongku mereguk seisi nirwana

seamis genangan haid pertama Hawa.

Aku bakal hidup selamanya di semesta

karena lebih mulia ketimbang manusia.

Aku lahir dari kobar api panas jumawa

dan mereka tercipta dari tanah ternista.

Aku dan silsilahku tak saling bertikai

sebab musuh agungku umat manusia.

Kelak mereka girang membasmi sesama

sejak kurasuki kemurnian darahnya.

Kutertawakan hunusan kejahatan

menujah segala keluhuran dunia

dan kucibir semua kebajikan manusia

agar sekujurnya terlumur durjana.

Di liang telinga kemelaratan kutiupkan dusta

melebihi busuk selokan mengaliri kota-kota.

Di lubuk kemakmuran kusematkan ketamakan

seharum firdaus melenakan moyang manusia.

Kulucut kain perempuan yang segar raganya

dan semua mata pejantan rakus melahapnya.

Aku ingin murka tuhan mengutuk manusia

dan mereka mengira tuhan cemburu belaka.

Simaklah, tuhan yang mencampakkanku

berang pada dunia penuh makhluk durhaka.

Aku bersekutu dengan silsilah Adam dan Hawa

mencemari tahta langit dengan jelaga dosa.

Aku seruncing tanjung terhunus ke arah lautan

mengincar langkah matahari ke arah barat kelam

dan tuhan melulu ingin membelenggu tubuhku

dengan tangan salih manusia ringkih dan dungu.

Aku jadi awal penyesalan tuhan

sebelum Adam dan Hawa mengkhianati firman

dan mereka menjelma mula kemenanganku

setelah aku tersisih dari sentuhan kasih tuhan.

Kegelapan menjelma kerajaan abadiku

dan sarang termulia untuk membangkang.

Tak ada nyali cahaya menyentuh tubuhku

yang melebihi legam arang paling berdosa.

Birahiku lebih perkasa dari seluruh gairah manusia

dan ciumanku mengulum segala kesepian semesta.

Kujamah jantung hasrat para nabi dan orang suci

hingga segala kecemasan tuhan terbangkitkan.

Untuk apa aku ada jika bukan untuk makar

pada segala cinta manusia pada tuhannya?

Kelak aku berpesta di neraka selamanya

merayakan puncak gemilang jahanamku.

Kuhuni relung terdalam gairah manusia

yang angkuh mencibir keagungan alam baka

dan kulempangkan arah jalan paling manis

untuk meninggalkan tuhan seteguh iman.

Tanpa bisikanku yang memabukkan

manusia hilang rasa menjamah dunia

dan terkubur taburan serbuk hampa

hingga godaan firman membiusnya.

Aku berkacak di puncak semesta tertinggi

menandingi kegagahan tuhan ketika muda

dan kupikat pilihan manusia lewat bujukan

yang mengecoh kesucian telinga hatinya.

Cintaku yang tercampak dari nirwana

terus meronta di sekujur perih hayatku

yang mengembarai semesta sebagai pecundang

yang bertarung demi seluruh kemenangan.

Hanya manusia tempatku bertaruh selamanya

demi merebut pengatup nganga rasa kecewa

dan memompa hasrat yang tak pernah bosan

menaklukan nama tuhan di penjuru segala.

Setelah tuhan menampik keagungan cintaku

kasih yang tersingkir memaksaku mengusir

kekudusan dari sekujur manusia dan semesta

dengan ketegaran yang menggema ke luar nirwana.

Dan kumuliakan segala kesesatan selamanya

seluhur meninggikan rasa cinta untuk kebajikan

hingga seisi semesta pergi dan tuhan tinggal sendiri

menyesali segala firman kutukan yang tak terperi.

-----

Binhad Nurrohmat, lahir di pedalaman Lampung, 1 Januari 1976. Baginya, tindakan penyair adalah puisi yang ditulisnya. Menyiarkan empat buku puisi dan satu buku esai. Pada musim panas, musim gugur, dan musim dingin 2008 menjadi visiting writer di Semenanjung Korea.