Kamis, 02 Juni 2011

SAJAK-SAJAK Nunung S. Sutrisno

Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved.
Minggu, 15 Mei 2011

SAJAK-SAJAK Nunung S. Sutrisno

Terampas di Kotamu

setelah pagi yang meremas dingin di kota lamamu

masihkah kau menungguku

di pojok taman kota di bawah pepohon waru?

sedang di sini aku masih berbenah setiap kata mengaliri

dan menjadikannya

Aku

mengapa tak sejenak kauendapkan

semua hujan untuk memulai rindu yang baru?

ah aku telah dirampas angin

tandas di deru kotamu

Tanka 11

Di Beranda Rumah

kaktus-kaktus masih basah

sisa hujan semalam

wangi pagi begitu khas seperti aroma segelas kopi

yang rajin kau pertemukan denganku, duhai kekasih

desik daun daun bambu meningkahi gemericik air kali

yang kini tak jernih lagi

namun apakah aku tak boleh menyimpan kenangan itu

atau dia tak pantas tersimpan di tempat yang kotor

atau kau ingin membingkainya seperti foto pernikahan kita

yang kini nampak sepi di atas meja ukir lusuh dan berdebu

ah, mungkin kita harus segera berharap agar hujan turun lagi

agar wajah wajah kita tersusun kembali dalam cecapnya

dalam jangkauan tangan-Nya.

Terima kasih Gusti.

Tanka11

Di Sepanjang Jalan Enggal

pedagang pedagang

jagung bakar

di sepanjang jalan enggal

menatap malam diantara bara arang

dan berpasang kekasih begitu mekar di trotoar

mereka membegal mimpi kota

susut di wajah pedagang

mungkin kelak

atau esok

kitalah

yang menggantikannya

membakar malam

agar terselami; pun luput dan tak bisa puput

di kabut asap

mengangga.

Tanka11

Malam Kunang-Kunang

mengapa masih saja

kau jual tubuhmu dimabuk kota

di impianmu dulu ketika kau masih tinggal di desa

apakah kau lupa

pesan emak dan abah tentang bianglala

malam malam serupa kunang kunang di tengah pekuburan

ketika rintik gerimis memagut indah bibirmu,

matamu berkedip seolah tak ingin pisah

namun kini resahnya mendesakmu

memimpikanmu

di impianmu

sendiri

Tanka 11

Perempuanku

perempuanku, gerimis baru saja pulang

bergegaslah kau jemput malam yang akan datang

dan mohon jangan kau jamu aku dengan kuncup hatimu

yang redup biarkan ia tumbuh segar dan mekar

serupa mawar yang setia tumbuh di samping kamar

dan perjumpaan sepasang merpati

tadi sore yang hinggap di wuwungan rumah kita

adalah sebuah tanda esok pagi akan turun hujan

dan kemarau pun pergi bersama segala impiannya

aku tahu betapa tahun tahun penuh debu

dan kau pun melunta di sepanjang jalan nuju utara

tubuhmu di penuhi udara

ada pesan di ranting ranting cempaka

namun lali untuk kusampaikan padamu

wahai kau laki laki,

tak pernahkah kau berhenti hanya sekadar mencecapi

semangkuk puisi

dan sejejak langkahmu adalah nyanyi rindu perempuanmu

yang terlentang,

menunggu maut memagutnya: mesra

Tanka11

----------

Nunung S. Sutrisno, lahir di Yogjakarta 23 Agustus 1976. Belajar kesenian di Teater Satu, Lampung. Sarjana Teknik Universitas Malahayati ini saat ini bekerja pada sebuah perusahaan swasta.