Sabtu, 11 Juni 2011

SAJAK-SAJAK Restu Ashari Putra

Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved.
Minggu, 12 Juni 2011

SAJAK-SAJAK Restu Ashari Putra

maha samudera desember

akan kukembalikan

desember yang pernah

kaupinjamkan tempo dulu

saat kita menjarah bulan

di tepi pantai

yang arahnya tak tentu

dari selatan ke timur

tak habis habis kita memuja

maha samudera

padahal dada kita lebih lautan

membentang layar, menantang gelombang

sementara kita terus mencatat

badai demi badai yang menabrak

dinding perahu hingga kandas

hingga terhempas

2010

pada sebuah malam turun hujan

telah kutembus kedalaman wanitamu

pada sebuah malam turun hujan

sedang dari tubuhku

yang gemetaran

keluar sajak serupa ular, menjalar

mengikat tubuhku ke dalam tubuhmu

yang telanjang sepanjang malam di dalam kamar

telah kutembus jantung wanitamu

pada sabtu malam kita menyobek bulan

dan menggantinya dengan tubuhku

yang telanjang seperti tubuhmu

hingga gelap tak serupa kegelapan

sebab tepat di depan matamu

kita telah menyulut cahaya dengan sebuah

sajak indah dari gelas gelas bir kosong

di pinggir jalan

2010

pelaut mabuk, di dasar sajak bermain gelombang

-- Saut Situmorang

(sajak dibentang

laut bergelombang)

ahooi, pelaut yang mabuk

tiap gelombangkah

kau mengibarkan ombak

berperahu layar

ke tengah sajak?

ahooi! ahooi!

pelaut yang mabuk, pelaut yang tenggelam

di dasar sajak bermain gelombang

2010

seperti pertama kali menulis sajak

aku mengingatmu bagai sakit kepala

seperti menulis puisi di malam buta

memikirkan arah kata, merapikan persoalan

dengan dada bagai malam larut, mata setengah terpejam

dan kepala terus berdenyut

lalu bagaimana aku bisa melupakanmu

kalau kematian pasti datang

dan membayangkanmu seumpama maut?

di sini, di sisa kopi yang tinggal seteguk

aku membayangkanmu seolah tepat di hadapanku

menceritakan tanah kelahiran, mengisahkan asal muasal

padahal masalalu hanya perihal waktu

kepalaku lagi lagi seperti ditikam jam

seperti mengulang keberangkatan

aku merapikan baju, membetulkan tali sepatu

lalu berdiri melihat dunia seperti masa kanak kanak

seperti pertama kali aku menulis sajak

maret 2011

selepas membaca Rendra

bulan telah pingsan

di atas kota

tapi tak seorang menatapnya!

kalau hari sudah malam

ke mana lagi kita berjalan

di luar hujan berhamburan

di kamar dosa bermekaran

dan tiap kuingat asmaMu

mampir di telingaku

kubuka jendela tubuhku lebar lebar

agar kalimat sajakku tak hanya jadi udara

tak cuma jadi kata kata

siapa sedia menolongku

jikalau tubuh belulangku ini

patah hanya jadi tanah

jatuh hanya jadi bunga

tubuhku berbunga dosa,

tubuhku bermekar dosa

tidakkah tiap mengingatMu

tubuhku menjadi tanganMu

tubuhku menjadi-Mu?

2010-2011

-----

Restu Ashari Putra, lahir di Jakarta, 31 Desember 1985. Bergiat di Komunitas Rumput dan Majelis Sastra Bandung (MSB). Kini tengah merampungkan studinya di Jurusan Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, sambil terus mengasah menulis puisi dan prosa.