![]() |
Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved. Minggu, 19 Juni 2011 |
![]() |
SAJAK-SAJAK Sayyid Fahmi Alathas |
Bila yang menyusun angka-angka di dalam jarum jam itu adalah aku Bila yang menyusun angka-angka di dalam jarum jam adalah aku, maka kamu adalah waktu yang kugerakkan untuk mengitari angka-angka di dalam jarum jam itu sendiri dan kamu harus menemukanku sampai berwaktu-waktu aku mempertemukanmu denganku. Berwaktu-waktu pula jarak yang kamu tempuh dalam mencariku. berwaktu-waktu pula dalam hitungan hari, bulan, dan tahun, kamu bekerja memutar waktu dan suasana berwaktu-waktu pula yang nantinya kamu akan kuputar bersama waktu. Bila yang kuputar waktu bagimu panjang sekali dan kamu tiada tenggelam di dalamnya. Ingatlah, kamu bukan hidup sekadar menuruti putaran Waktu, tetapi kamu berjalan sesuai dengan arah putaran waktu kamu hidup berwaktu-waktu pula kamu akan pupus dalam harapan hitungan detik waktu. Januari—Maret 2011 Berapa Jarak Pantai dan Lautan kataku. "Setiap perahu yang bersandar tak pernah kuhiraukan!" berapa jarak pantai dan lautan bila di bibir pantai sore ini sembari memandang jarak pantai dan lautan aku termangu menunggumu pulang itu matahari lepas dari perapiannya kembali begitu derasnya hingga tak pernah engkau tahu berapa jarak antara pantai dan lautan kemudian aku menjemput impian Setahun itu kini telah berakhir tak ada lagi janji-janji serta kata yang kuucap di bibir pantai sore ini, aku selalu memandangnya kejauhan dirimu yang telah sirna ditelan ombak waktu membenturkan ke dinding pantai, betapa hidupku kini telah berakhir Maret, 2011 Hana di Keremangan Senja yang Memancarkan Warna, Aku Tahu Diammu Kekasih sore ini disesaki awan-awan kelabu berserakan engkau terdiam, dalam diammu, tak ada suara, aku tahu diammu kekasih, hanya di keremangan senja yang memancarkan warna menelusuri jejak-jejak kakiku yang patah aku juga tahu bahwa, aku ini bukan lelaki impianmu ketika terselip keraguan hatimu tapi aku selalu setia melambaikan hati dengan riang tawa di kegetiran jiwaku yang terbelenggu karena cintamu dalam setiap detak jantungku engkau merangkulku bagai seseorang yang menyayangi pujaan hati, itu yang engkau mau bukan aku! Hidup, o bukan untuk dihayati dalam kesenduanmu, kekasih akan idaman lelaki yang engkau impikan melambaikan tangan dan mengajakmu kembali ke muara jiwa yang sempat engkau tanamkan dalam benakmu mengubah kesendirianku kepadamu 2009 Di Sebuah Taman seperti yang pernah aku lihat dulu dan itu menjadi hal-hal menakutkan "di setiap simpang ada sungai jernih airnya dan mengalir ke hulu sampai lautan lepas" dalam hidupku untuk selalu tetap di sana, di sana bukan sekadar kupandang! yang berseri selalu dan aku muram selalu di sisi-sisi aku menjadi takut kenapa seolah iya ingin dengan durinya seolah sedekat jarak aku dan hatinya, 2011 --------- Sayyid Fahmi Alathas, lahir di Labuhanmaringgai, Lampung, 23 November 1979. Sajak dan esainya pernah terbit di beberapa media. |