Kamis, 02 Juni 2011

SAJAK-SAJAK Sungging Raga

Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved.
Minggu, 3 April 2011

SAJAK-SAJAK Sungging Raga

Aku Tahu

aku tahu, hatimu yang gerimis itu kau sembunyikan baik-baik, saat kau lepaskan baju, dan waktu pun menyusut. Siapa tahu, orang lain juga sedang mengintipmu di balik celah pintu. Berdebar, mengikuti arah angin gemetar. Tetapi aku tahu, hatimu senantiasa basah oleh gerimis, rindu yang asing terus kau tanam di dalamnya. Hari-hari terkapar, dalam lambaianmu aku berkaca, tentang ruang yang paling setia menaburkan benih kesunyian. Ah, kau masih di situ, mengangguk pada waktu, pada jam dinding yang berbisik—kapankah aku kau bukakan pintu.

Kursi

kursi mengayun dalam lagu

selamat datang sore yang pucat

yang lelah melakukan perjalanan

dan ternyata kau belum juga bersiap

aib tersingkap, kau basah kuyup

oleh kenangan akan hari yang telah lewat

siapakah yang menitipkan merah

di pergelangan tanganmu?

kursi menunggumu duduk, bernyanyi

tentang bulan musim dingin

yang berselimut kabut,

dan dirimu mulai tengadah

di bawah kursi,

kau seringkali lupa

memalsukan tanda, hingga ketika pagi mendekat

kau pun tersibak oleh remang

kursi yang bernyanyi;

sepanjang malam sendiri.

Malam

jalanan menguap, mobil berjalan letih

di juluran trotoar, kabut menangis

di ranting pohon

burung gereja mengantuk, dan

tiang listrik sibuk berdebat

tentang rasa sakit

seorang bocah dalam gigil

duduk di samping masa kecilnya,

di tangannya hujan mengering

di matanya kemarau tersedak

dan ia diam, suara air selokan

begitu gaduh

mendesak telinganya

barangkali ia haus, barangkali pula

ia tak tahu di mana bangkai malam terhapus

jalanan terus menguap, mobil enyah

menjadi sunyi

seorang bocah tertimpa

gundukan sampah kehidupan

di bawah sorot sinar lampu merkuri

Aku yang Kau Tinggalkan

aku yang kau tinggalkan

kini mengaduh

pada batuan sungai

pada kerisik pohon cemara

pada sayap-sayap burung kecil

kau yang meninggalkanku

masih bersembunyi dalam

warna senja yang sempurna

maka di ujung sore ini

kutatap kau bagai bintang

yang kelak terang

pada selembar langit

yang sebentar lagi kutanggalkan.

---------

Sungging Raga lahir dan dibesarkan di Situbondo, Jawa Timur. Sempat mengenyam bangku kuliah di Universitas Gadjah Mada. Saat ini tinggal di Yogyakarta sebagai penulis lepas.