Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved. Minggu, 3 Juli 2011 |
SAJAK-SAJAK Riza Multazam Luthfy |
Pembunuh Bayaran memalukan! membunuh pujangga saja tak berani serahkan urusan ini biar tanganku sendiri yang menghabisi tapi sebelum berangkat menuju lokasi bekali aku dengan sebilah puisi Bojonegoro, 2010 Alasan bukan maksud kami mengutil sarung anda, tuan tapi karena memang kain lusuh itu sering anda telantarkan di jemuran Bojonegoro, 2010 Kakek mana cucuku suruh ia kemari masa dari dulu main sama kelinci ini ada teman baru: seekor puisi yang ditinggal mati sang ibu Bojonegoro, 2010 Balsem Kakek sudah dua hari berpuasa hari ini ia ingin berbuka menelan ludah memendam amarah memang sungguh menderita sehabis fajar ia pelototi tungku besar, wajan bundar membayangkan telur dadar bebutir nasi, secuil ikan yang kerap dirindukan sambil menguap, menggelepar ia olesi perut, sekujur pusar dengan balsem warisan kakeknya yang ia simpan di saku celana lama-lama ia makin setia dengan kembung yang tak mau rampung setelah diserbu panas ia pun merasa puas balsemnya tinggal setengah tapi tak ada kata menyerah dengan bersahaja ia berkata: "Semoga aku bisa jalani wasiat kakek sebelum mati : memberikan obat mujarab ini pada mereka, empunya hati" Malang, 2010 Saudara aku ingin bersatu denganmu kata ibu, kita berasal dari satu wadah yang telah lama dijajah lihat, wajah kita sama hidung agak terbuka bibir agak ke muka rambut kita berwarna tapi anehnya hati kita berlainan yang satu kelam yang lain bersinar terang itu tak mengapa yang pasti kau sudah tahu bahwa kita: satu ibu meski semua mengerti kita punya ayah tiri Malang, 2010 ----------- Riza Multazam Luthfy, lahir di Bojonegoro 9-11-1986. Ia adalah mahasiswa Program Magister Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Sajak-sajaknya dimuat di berbagai media. |