Sabtu, 03 Juli 2010

SAJAK-SAJAK Isbedy Stiawan Z.S.: Sekuncup Bunga di Taman Kupetik Pagi Ini Setelah Kulewati Pagar Berduri

Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved.
Minggu, 4 Juli 2010

SAJAK-SAJAK

Isbedy Stiawan Z.S.

Sekuncup Bunga di Taman Kupetik Pagi Ini

Setelah Kulewati Pagar Berduri

pagi ini saat kubangun dan membuka jendela kamarku,

bukan saja matahari dengan mata yang benderang

memandangku penuh senyum seperti ingin mengajakku

berdendang, tetapi sekuncup bunga di halaman samping rumahku

mengirimkan aromanya nan wangi

ke kamarku. daun-daunnya melambai:

aku segera mencapai

meski harus kuliwati pagar berduri di dekat jendela kamarku

biarkan tanganku yang luka ini sebagai tanda

betapa untuk memetikmu tidaklah mudah

seperti juga kaubalikkan halaman kalender, perlu waktu berhari-hari

mencecap panas dan musim hujan

mendaki dan menyigi lurah

maka ketika telah kupetik sekuncup bunga di halaman rumah

pagi ini, aku merasa ada kelopak yang harus

gugur:

apakah itu usiaku, apakah....

5 Juni 2010

Jika Kauperkenankan Kubalikkan Jarum Jam Ini

menunggu waktu melipat kalender

jika kau perkenankan akan kukembalikan

jarum waktu berputar-balik

menyusun angka demi angka yang jatuh

lalu kutempel lagi di halaman pertama

almanak yang sudah menguning

karena berkali-kali dibanting

dan aku akan berada di bawah, selalu

memandangi puncak waktu

mengampu setiap angka yang jatuh

aku ingin menghentikan setiap

kausorong angka lima

berdiri agam di antara simpang

di mana kau selalu datang!

04.06.2010

Seusai Hujan, dan Kau Terngiang

bekas hujan masih terngiang di pucuk-pucuk daun, di setiap

langkah yang mengantarmu pergi dari sini menuju Sana

dan awan yang masih menahan beban hujan sudah

tak tahan, ingin menumpahkan lagi ke bumi yang kautunggu

meski kau sudah ingin menjauh atau lari ke balik lindung,

melepas burung-burung setelah kaupasang

mantera, terbang ke angkasa. ke tuju pusat kabut. bercumbu

dengan gumpalan air yang sebentar lagi akan luruh sebagai hujan

lalu bulu-bulu burung yang telah pula gugur sebagai kapas

dan hinggap di ranting-ranting, di pucuk daun,

atau di sekujur pohon. membuatmu teringat

pada malam kudus: ketika yesus memanggul kayu melangkah

dengan berat menggelilingi kota golgota: "tapi dia

bukan Isa! ke mana lelaki Nazaret itu kini, setelah disulap?"

aku menunggumu. di bekas hujan yang mungkin akan

tergenang pula langkahmu yang memanjang, tapi

bukan sebagai labirin. di tempatmu itu akan pula

kutulis setiap jalinan perjalananku: juga memanggul

beban--namun bukan bongkahan kayu berupa salib.

"akulah yang melangkah itu di bawah gerimis,

setelah hujan mengiris."

hari yang penuh luka. di bawah langit dan cuaca yang

sulit kauterka aku tetap berjalan. menuntunmu hingga

di depan gerbang Kota: memandang setiap tugu, setiap patung

yang selama ini tak akan memberi apa-apa, kecuali penat

dan matamu layu. sebab mata-mata patung dan diamnya tugu

sedingin tubuhmu oleh cuaca yang terkadang panas,

kadang pula berhujan....

sebelum dari 5 Juni 2010

Subuh yang Hangat

di subuh yang hangat, kalian datang menyerang

dengan senapan yang siap menyalak

lalu subuh itu pun berubah hujan

-- hujan airmata,

dan darah --

tapi kematian amatlah syahdu,

sangat dirindu saat perjalanan

menuju senyum-Mu

maka apalah arti kematian,

tanpa bertempur

sebab kami

tak dibekali senjata?

apakah orang-orang sedunia

lalu tak akan mengecam kalian:

mengutuk kebiadaban kalian?

lalu kami ditahan

barang-barang kami kalian rampas,

lantas pantaskah kami

menyebut kalian

perompak?

01.06.2010

Mei

api itu membakar tubuhmu, Mei

tangan-tangan hitam itu

menarikmu ke semak:

mengubur masa depanmu

15/05/10

Rumah Puisi

jangan biarkan aku sendiri

tersesat di dalam hutan kata

dan kubangan asap rokokmu

sebelum sampai di rumah puisi

22/05/10

Perempuan Bernama Luna

sebab perempuan bernama luna

kau tersesat di kolam iklan

memilih baju dan sepatu,

lipstik ataupun sampo

di depan cermin: wajah retak!

24.05.10

-----

Isbedy Stiawan Z.S., lahir di Tanjungkarang, Lampung, dan hingga kini masih menetap di kota kelahirannya tersebut. Buku puisi terbarunya Anjing Dini Hari (2010).