Rabu, 15 Juni 2011

Inspirasi; Levi-Strauss

Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved.
Minggu, 22 Maret 2009

Mengungkap Budaya dengan Strukturalisme

Levi-Strauss

LITERATUR antropologi atau kajian-kajian budaya mencatat Claude Levi-Strauss sebagai antropolog yang mengenalkan strukturalisme. Melalui model analisis strukturalisme, antropolog kelahiran Brussel, Belgia, 28 November 1905 ini mengajak kita memahami kebudayaan dalam suatu bingkai yang terstruktur. Strukturalisme juga mengajak kita memahami kebudayaan melalui mitologi.

Bagi Levi-Strauss, memahami suatu budaya bisa dilakukan dengan mengurai logika-logika atau pola-pola yang ada pada kebudayaan atau tatanan sosial masyarakat. Sebab itu, kebudayaan--sebagaimana bahasa, strukturalisme Levi-Strauss mengikuti pola analisis strukturalisme Ferdinand de Saussure--mesti diungkap melalui kaidah-kaidah dalam suatu sistem yang mewadahi kebudayaan itu. Di sini, mitologi juga dilihat sebagai produk kebudayaan yang bisa dibongkar dengan model strukturalisme.

Strukturalisme juga dipakai untuk membongkar prinsip-prinsip kekerabatan. Seperti halnya fonem, unit-unit kekerabatan juga merupakan unsur makna. Kekerabatan dalam suatu tatanan adat--misalnya konteks kepunyimbangan di Lampung--memiliki makna hanya pada posisinya dalam sistem.

Makna dalam analisis Levi-Strauss tidak dipahami sebagaimana model analisis simbol atau hermeneutika. Makna di sini bisa diartikan sebagai hubungan logis yang terjalin dari bentuk (pattern) yang ada pada suatu sistem.

Melalui konsep sintagmatik dan paradigmatik, misalnya, strukturalisme Levi-Strauss mengartikan kata-kata dalam komunikasi bukan begitu saja terjadi. Kata-kata dijalin dengan pertimbangan secara sadar. Di sinilah hubungan sintagmatik dan paradigmatik berperan; seperti dalam kata-kata sebagai rangkaian bunyi maupun kata-kata sebagai konsep (Ahimsa, 2006).

Sintagmatik adalah hubungan yang dimiliki sebuah kata dengan kata-kata di depannya atau di belakangnya dalam sebuah kalimat. Sepeti kata yang terdapat dalam kata "saya", "memetik", dan "bunga". Ketiga kata ini bisa digabung menjadi kalimat, "saya memetik bunga".

Penggabungan kata ini tidak terjadi begitu saja; mengikuti konvensi dan logika. Misalnya, kata "memetik" tidak bisa digabungkan dengan "mengalir" karena tidak membangun makna dalam suatu sistem bahasa.

Model analisis Levi-Strauss juga banyak diterapkan di dunia sastra untuk membuka hubungan-hubungan logis dan pola diakronis dalam bangunan cerita. n DARI BERBAGAI SUMBER/P-1