Rabu, 15 Juni 2011

Sajak Anton Kurniawan

Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved.
Minggu, 15 Maret 2009

Sajak Anton Kurniawan

Pertanyaan Kepada Kawan

Serupa sepoi aku datang padamu

menjinjing bening hujan yang pernah gigilkan tubuh kita

dan dengan cara paling santun

kuantar aroma kenanga dan harum melati

juga kenangan sekian ruas simpang yang telah kita lunaskan

tapi ini kali

engkau catat muslihat dengan bahasa amat paripurna

hingga segala cuaca tak lagi terbaca

sedang rinai yang pernah pecah di wajah kita

menjelma dongeng tentang negeri jauh

Kawan

di penghujung musim ini, padamu aku bertanya

ke lautan mana perahu ini mesti kita layarkan

saat gelombang tak lagi terpahami?

Bandar Lampung 20 Mei 2008


Lelaki Pengembara

Sebagai petualang

biarlah aku menjadi renta di batang-batang sajak

mengembarakan gelisah di belantara kata

lewat desau yang taburkan harapan

ketika batang usia kian ranum di kepala

dalam gigil

kutulis sepi juga luka

dan menyimpannya menjadi legenda

atau dongeng lengang kebun kopi yang rekah

ketika panas matahari pecah di ubun bebatuan

Lalu pada laju waktu

kubaca tanda demi tanda

serupa erik jangkrik

dendang siamang

senandung gugur daun sonokeling di pipi tebing

Jangan bertanya bilakah aku pulang

sebab semesta adalah rumah singgah

tempat beristirah

sekadar menggenapkan bilangan takdir

sebelum benar-benar sampai pada tuju

Dan ini kali dengan menunggang angin

aku jelajah kisah kanak di kampung halaman

kesah ayah di musim basah

keinginan-keinginan

juga kamu

yang selalu gagal aku lupakan

sedang istiadat biarlah menjadi pagar depan rumah

batas antara harapan dan kenangan

Simpang Propau, November 2008


Meditasi

Di detak jam

malam merapat diam-diam

pucuk-pucuk larut melambai di siut angin

dan gigil

adalah lelaki yang menjahit sunyi

di remang bulan sabit

sebab sejarah

tinggal silsilah

berselimut lumut

Sedang kita

hanyalah jalang yang selalu bimbang

bagaimana menjaga sejarah

hingga sepakat menulis peta sendiri-sendiri

Simpang Propau, Agustus 2008


Seperti Angin Kepada Ilalang

Seperti angin kepada ilalang aku menjumpaimu

dengan embus paling laun kuukir senyum di bibirmu yang ranum

atau menuntas gelisah di puncak kerling matamu

lalu pada rindang bulu lentik

aku bangun rumah istirah

tempat di mana waktu kita habiskan

Seperti angin kepada ilalang aku sampai padamu

menari dalam liuk paling santun

lalu di batas lelap

kubiarkan engkau rebah di bahuku

dan pada setiap sempat aku basuh gelisahmu

walau ribuan dentam jam harus aku habiskan

Seperti angin kepada ilalang aku mencintaimu

terus berembus

Tak habis-habis

Bandar Lampung, Februari 2009


Anton Kurniawan, lahir di Sinarjaya, Sumberjaya, Lambar pada Februari 1979. Pernah aktif sekaligus pendiri UKMF KSS FKIP Unila. Kini berdharma di Sanggar Teater Komunitas Akasia, SMA Negeri 01 Abung Semuli, Lampung Utara.