Rabu, 15 Juni 2011

Sajak Isbedy Stiawan Z.S.

Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved.
Minggu, 8 Maret 2009

Sajak Isbedy Stiawan Z.S.

Dayung

Jika kau tak bisa lelap hanya karena tiada belaiku,

Aku akan datang membawakan perahu

Saat laut pasang, angin menegang

Aku tak pernah akan lupa memanggul dayung

2009


Tak Kusebut Bunga

tak bisa kusebut ini bunga ketika kau petik tangkainya lalu kau buang

dalam nyala api. kurasakan kini aroma sangit dari wajah kuyup oleh

air mata. juga sedu dan sendu; --masih tinggal sebutir peluru lagi

yang belum kaucabut dari tubuhku-- tapi aroma bunga tak sesedap

senyap, bau asap, amis tubuh, anyep wajah-wajah yang menunduk

mengelilingi pembaringan.

"ah, wajah Tuhan seperti membayang. wajah lain yang selalu

menggoda, merayu agar meninggalkan pembaringan yang amat

kukasihi. terbang. tapi, ke mana sedang sayap aku tak punya.

sedang jalan sudah lama membelokkan aku jadi sasap," aku mengadu,

jangan sedih lalu merajuk. "tiga dara yang berdiri menatapmu dari

balik jendela itu di lantai dua itu, tak akan pernah beranjak sebelum

kau berlagak. daun-daun kelapa sebagai rumbai, mengarakmu pergi."

kita memang tak pernah akan sama. di pembaringan ini saja, kau menatapku

layaknya bukan sebagai teman kencan. hanya seteru, dan kau akan

membunuhku!

"maka tujahlah aku, hisaplah darahku jika kau haus karena air

sudah habis dari sumur-sumur bor ataupun minyak yang kian kering

sebab dialirkan ke tangki-tangki bendera lain negeri!"

aku sudah lupakan kau

maka izinkan aku lelap di pembaringan ini

tanpa lagi mengingatmu, meski suatu kali

kau pernah duduk di sebelahku...

2009


Sebentar lagi Bersua

ini orang tak juga mau pergi!

sudah berapa waktu kita bersitegang, dan beberapa kali

waktu pecah; kursi retak, pembaringan patah, kasur

dan bantal amatlah kusut

aku ruwet sekali, katamu

biarkan aku sergap sakit hatimu, biarkan aku lumpuhkan

kepalamu yang penuh tanah, -ah, jangan asingkan aku

pada kesetiaan yang membetahkan hingga berlama-lama

di meja ini (bukan, pembaringan!)-

ini orang tak juga mau mengalah!

lembar-lembar namamu sudah kuhapus dari pohon-pohon,

dari tiang-tiang listrik, tembok-tembok di kota;

sebentar lagi kita akan bersua...

2009


Kini Kau Memanggil-manggil Aku

berilah ucap atau sekadar maaf, apabila aku pernah membiarkanmu

terdiam di bangkumu. atau, entah di suatu hari kapan, aku telah

menyakitimu: sebentar lagi aku akan pergi, dengan kendaraan

paling akhir, di saat jam terakhir; kala orang-orang sudah sepi,

dan waktu semakin menepi.

hanya malam juga lampu-lampu jalan, selalu akan mencatat

kepergian atau kebersamaan. setelah itu, seperti juga lampu

yang akan padam, aku pun akan sampai

tapi tak perlu lambai.

sebab setiap tangan yang telah

letih, tentu terkulai. --aku pun menghirup wangi nyiur,

harum bunga malam-- tapi, tak ada bau kematian,

bahkan anyir darah dari sebuah lubang karena sebutir peluru

tak juga memberi kenangan;

aku tak boleh pergi?

--kini kau memanggil-manggil aku--

2009


Isbedy Stiawan Z.S. lahir di Tanjungkarang. Banyak menulis puisi, cerpen, esai, dan karya jurnalis. Lebih dari 17 buku cerpen dan puisi--juga antologi bersama--diterbitkan sejumlah penerbit di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.