Selasa, 14 Juni 2011

Sajak Nana Riskhi Susanti


Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved.
Minggu, 4 Januari 2009
Sajak Nana Riskhi Susanti

Perempuan Kedua

Bagi Yaum Arham

serupa bulan

merawat bumi

pelan-pelan sengaja diredupkan

dan terbitlah kepedihannya tiap pagi

aku

perempuan kedua

bertahun-tahun menunggui kata

dari rapal mantra si pecinta

malam hari

kutuliskan pengakuanku

mungkin saat itu kau sedang melamunkan kenangan di La mama

atau di antara debu-debu jalan Victoria

dan masih saja memuja cerita Hellen Collins

ketika gerimis mengetik-ngetik genting rumahmu

diam-diam malaikat menyampaikannya padamu

pertama,

bagaimana kau akan menggambarkan rambutku

apakah seindah benang sari kembang melati

serupa tikar di taman kota, arak-arakan awan,

atau rintik hujan?

kedua,

bagaimana kesunyianku memabukkan engkau yang riuh

padahal mataku bukan benih matahari

ia tak bisa membuat pejalan silau dan tersesat ke barat;

tempat segalanya tersimpan di kerinduan

serupa nabi dan kitab suci yang dinanti-nanti

ketiga,

aku paham sempurnanya pura-pura

terlebih bagi cinta;

seperih kerikil dan paku di jalan berdebu

maka

kupinjam pagi dari matamu

untuk membangun siang

saat paling tepat bagi mimpi yang hendak kumatikan

dari bibir perempuan kedua

lahirlah setiap kecemasanmu

Tegal, 2008

DI MATA NENEK

kudekap boneka kusam

kupandang teduh nenekku

dan kudengar dongengnya tentang surga

di kelambu itu kusimpan segala lagu

serupa ingatan-ingatan penuh pertikaian

di rumah;

wajah ibu dan lori-lori tua di pabrik gula

kadang pula kekosongan di tangan ayah

aku menangis keras di sudut ladang

dan kadang mengerang

aku tak pernah tau

seperti apa rasa gula, Tuhan

apa kau tega mencuri sisa kenangan

yang tertanam di mata nenek;

jika matanya menunjuk pagi

bisa kucium harum bunga, berkejaran di kebun pandan,

menatap jalanan, pohonan, dan takjub pada langit fajar

ketika senja berubah warna

dan malam menampakkan keangkuhannya

pada mata nenek kubaca huruf-hurufmu

kukenali sejarah, kitab, doa, nabi, dan wali

sekarang, mata nenek hilang

aku tak bisa lagi membaca segala-galanya

ia tak mau bercerita

ia belum pulang sampai sekarang

bukankah kau curi

lengkap dengan kelambunya?

kuminta kau mengirimi malaikat

tapi bukan untuk meruntuhkan mimpi

Tegal, 2008

Kepada Sangkuriang

Tak perlu kau benarkan

apakah cintaku mampu memecah bumi

yang senyap

kau akan tersenyum

malaikat-malaikat menampakkan catatannya;

beberapa kali kau ciumi tanganku

memberiku kata-kata serupa pantun dan balada

sambil menatap mataku di atas perahu

atau menghitung guratan keningku

setelah kukembalikan kata-katamu di ranjang

kuruntuhkan langit untukmu

hingga bumi pun tak berpintu

lalu kemana kau bersembunyi, sayang

"aku akan mengadu pada dewa yang

menanam mimpi di jantungku

akan kutarik rambutnya

yang menjuntai ke bumi

lalu kujadikan sesaji bagi

tangis kuda-kudaku

mereka pun berkabung demi darahku

sebab mimpiku runtuh dalam kitab,

sejarah, dan syiar-syiar para wali

hampir saja kutemukan ibu

untuk kuajak meminangmu

aku yakin dia sengaja sembunyi

sebab cemburu padamu, cantikku"

bagaimana jika kuberi sebiji kenangan

untuk kau tanyakan ke Tuhan

siapa perempuan yang ia tuliskan

di pohonmu

di ujung angkasa

siapa perempuan itu

yang membuat ayahmu tergagap

dalam satu kedip mata

kau akan tahu, sayang

setelah dunia menelan kisahmu

dan mengunjunginya

di sebuah perahu tangkub

maka matilah segala mimpi

kau akan menemukanku di pohonmu

:Tuhan telah mencatatku disitu

Tegal, 2008

Hari Senin

Tepat di hari Senin

aku katakan padamu

lewat daun-daun berguguran

di telapak kakiku

inilah mimpiku yang cuma

di pertemuan kita yang sempurna

di menit-menit yang sempit

Kau tahu, aku kembali

ke dongeng masa kecilku

dulu ibuku bilang:

kau akan menemui hari ini lagi

lengkap dengan bunyi yang sama

lirikan mata

petikan gitar

wangi tanah

kembang pagi dan sore

bau tubuh

rambut

hela napas

dan kacamataku

tak beda dari asal mula

pun bukan untuk hari seperti ini saja

tapi untuk hari-hari terpilih lain

sebab Tuhan ingin memberi

sebuah mimpi

dalam hari itu untukmu

untuk kau wujudkan

bahkan kau pun akan mengira

bahwa kau pernah ada di hari ini

jauh sebelum hari ini

tanpa tau kenapa

Itu misteri hari, sayang,

Dan sial,

aku bertemu dengan dongeng itu lagi

Masa kecilku itu lagi:

Apakah aku pernah menyimpanmu

dengan sepotong rindu

sebelum ini

atau memang kita dipertemukan Tuhan

lewat mimpi

dan kembali jadi hari yang pasti

ketika kau menatap mataku tajam

menusuk dalam

menembus jantungku

2008

Kebohongan itu Aku

seorang gadis mengurung diri

bukan karena cinta

tapi ingin alpa

pada masa lalunya:

Jari kita sembunyi

di saku-saku baju

sekali lagi, yang bisa menari

cuma ragu

kebohongan

itu aku

kenapa ranting rindu tak bisa ditebang

walau nyaring bunyimu, kapak dendamku

lalu jam berdenting

sudah waktunya aku berpaling

melepas lenganmu yang hangat

di punggungku

sebelum melati tak wangi lagi

sebelum kayu mengabu

sebelum daun gugur ke bumi

semoga kau tak melihatku

benar-benar dihujani batu

kali ini aku tak ragu-ragu

: kebohongan itu aku

2008

Nana Riskhi Susanti, lahir di Tegal, Jawa Tengah, 2 Oktober 1990. Mahasiswa semester 3 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNNES. Sajak Nana Riskhi Susanti lainnya >>klik di sini>>