Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved. Minggu, 4 Januari 2009 |
Angin |
ruang menyisakan gema tubuhku luruh di reruntuhan tembok-tembok mimpi melecut otak kiri 2008 Di Taman ini Aku Menunggumu aku menunggumu di taman ini di antara suara burung-burung yang terluka, karena di sanalah kau pasti akan kembali, kembali melihat pepohonan yang meliuk-liuk diterpa angin. aku akan menunggumu di taman ini, karena di kotamu, mimpi-mimpi mengapung dan berjejalan di udara hingga aku tak bias menghirup kejernihannya dan aku tetap akan menunggumu hingga kemarau membunuh pohon, meretakkan tanah gersang, daging-dagingku lesap kedalam angina dan waktu menari-nari di tulangku hingga menumbuhkan jamur di antara bau bangkai yang beterbangan menuju hidungmu: memberitahumu aku menunggu. 2008 Mimpi Bertemu Malaikat di punggungnya, kulihat sayap tapi hanya satu dan wajahnya cemerlang dari jauh kucium aroma yang menguar dari tubuhnya tiba-tiba dia menghampiriku memberiku setangkai mawar bantu aku aku kehilangan sayap 2008 Pulang dada penuh rindu, ingin bertemu ibu juga dipeluk ayah yang payah 2008 Ruang dulu, kita di antara tumpukan buku-buku mencari satu demi satu halaman yang hilang membacai judul yang lelah di tumpukan itu. kini, di pojok beranda rumahku aku-kau mengarca. bersanding dengan iklan lowongan kerja di setiap surat kabar kota. tiba-tiba kau berubah menjadi bayangan di halaman surat kabar itu dan aku tetap mengarca. 2008 Hujan luruh satu per satu menembus tanah baunya menguar menuju hidungku mengingatkan aku pada pertemuan kita di senja yang kelabu dan syahdu dari jendela kulihat halamanku tergenang air kecipak kaki-kaki kecil memecah kristal lempung basah mari bermain bersamaku selagi hujan mengguyur kota 2008 Ria Octaviansari, lahir di Tanjung Karang, 16 Oktober 1985. Menetap di Kedaton, Bandar Lampung. Sajak-sajak Ria Octaviasari lainnya >>klik di sini>> |