Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved. Minggu, 28 Juni 2009 |
Sajak Ria Octaviansari |
Pamit rindu itu memanggilku tuk kembali pada laut yang maut jika ingin pergi pamitlah agar aku tak memaknai gelisah ini jadi batu karena aku selalu lupa memberi tanda pada tiap pertemuan aku-kau : kapan nyiur menjadi cium dan ombak menjadi peluk Kedaton, 2009 Di Pantaiku mungkin kau memang debur yang dikirim ombak kepada karang-karang yang mengeras dibibirku kaupun ikan-ikan yang berloncatan kian kemari diatas banyu pasang dan kau gelombang yang selalu ku rindu disetiap surutku Mei 2009 Ziarah datanglah ke pusaraku jika kau ingin bertemu denganku taruhlah bunga crisant kegemaranku di atas nisan jika kau ingin menciumi tubuhku kirimkan doadoa jika kau ingin memelukku rinduku hanya mati dalam khayalmu Tanjungkarang, Mei 2009 Merindu hamparan air laut memberi tanda kehadiranmu kabut di gunung tanggamus menguarkan harum tubuhmu entah seberapa jauh perjalananku menujumu karena rindu batinku belumlah usai ku jemput kau di pucuk ranum tidurku ku peluk kau di antara peluh yang mengambang ragaku mari kita dendangkan gugur dedaunan yang selalu akrab dengan tanah basah hujan telah cepat menyapa sebelum awan-awan lesap di matamu duduklah sebentar di rerumputan itu : merindu Tanjungkarang, 2009 ----------- Ria Octaviansari, lahir di Tanjungkarang, Lampung, 16 Oktober 1985. Alumnus STIE Darmajaya, Bandar Lampung (2007) ini saat ini bekerja di sebuah perusahaan di Lamtim. |