Sajak-sajak Tjahjono Widarmanto |
Sabtu, 17 September 2011 20:40 |
Kucari Sebuah Alamat *)mengenang nenek kucari sebuah alamat tempat wangi semerbak rambutmu berhembus tersenyum pada gerimis menari untuk bumi kucari lewat bermil-mil arus sungai dan tiupan angin berderai kucari sebuah alamat muara segala rahasia kucari lewat buih-buih ombak meluncur ke arah sarang burung meniti puncak langit lewat helai rambutmu wangi kucari sebuah alamat. akhir segala resah tuntas di puncak cinta Klaten-Ngawi Lautmu di Sajadahmu dalam puncak rindu ini.aku tergoda senyumMu setiap senja pudar aku memburuMU serupa nuh dengan perahunya sajadah kubentang jadi sampan.berlayar menyisir segala gelombang puncak lautMu ombakMu bergelora.lautMu membentang.rinduku menantang majulah meluncur sampanku.memburu gairah rindu.dzikir tak bertepi menerjang pantai demi pantai.buih demi buih.segala pasir lajulah laju laju sampanku. jangan lari gelombangMu :kuseru seribu nama.segenap tanda.isyarat rahasia sembunyi di balik gelora ombak.gelombang rindu rahasia cinta. ayat-ayat kembara petualangan kupu-kupu yang rindu pada gairah wangi bunga. Peta Para Penyair tak ada perjalanan terakhir lorong sunyi ini tak berujung kita adalah pasukan terpilih tanpa kuda tanpa pelana musyafir pemburu suara gema ke segala sudut cuaca, taman kota, hingga garis cakrawala tak ada perjalanan yang usai hanya seteguk istirah melepas lelah di pojok senja sambil menghitung berapa jarak telah dilampaui, kesenyapan yang gemetar ingatkan petualangan sendiri serta kenangan pada ciuman terakhir sangat manis tinggal isak yang sayup. tak ada perjalanan terakhir -apa yang telah kau catat?- Ziarah Waktu berlari mengetuk jendela-jendela. jam berdetak lantas merayap serupa belatung aku menggigil di antara sunyi yang merambati tebing-tebing pantai dengan jerit camarnya menghempaskan dalam terjal karangMU angin tertawa.bersiutan. dzikirku yang sia-sia tersungkur di padang api jam berdetak tahajudku merintih tak sanggup memaknai sujud tak bisa kubaca alifMU mataku buta setelah begitu lama memeloti matahari hingga detak itu menyeru :kembalilah! akupun tersungkur -------------------- Tjahjono Widarmanto, lahir di Ngawi, 18 April 1969. Alumnus IKIP Negeri Surabaya (sekarang Unesa). Pendidikan Pascasarjananya diselesaikan tahun 2006. Tulisan-tulisannya berupa esai sastra, budaya, sosial, pendidikan, cerpen, dan puisi dimuat diberbagai media. Buku puisinya: Di Pusat Pusaran Angin (1997), Kuburan Penyair (2002), Kitab Kelahiran (2003). Sedangkan esai-esainya dibukukan dalam Nasionalisme Sastra (2011). |