Sabtu, 24 Desember 2011

Sajak-sajak Tjahjono Widarmanto


Sajak-sajak Tjahjono Widarmanto Print
User Rating: / 0
PoorBest 
Sabtu, 17 September 2011 20:40



Kucari Sebuah Alamat
               
*)mengenang nenek
kucari sebuah alamat
tempat wangi semerbak rambutmu berhembus
tersenyum pada gerimis
menari untuk bumi
kucari lewat bermil-mil arus sungai
dan tiupan angin berderai
kucari sebuah alamat
muara segala rahasia
kucari lewat buih-buih ombak
meluncur ke arah sarang burung
meniti  puncak langit
lewat helai rambutmu wangi
kucari sebuah alamat.      akhir segala resah
tuntas  di puncak cinta
                      
Klaten-Ngawi
Lautmu di Sajadahmu
dalam puncak rindu ini.aku tergoda senyumMu
setiap senja pudar aku memburuMU serupa nuh dengan perahunya
sajadah kubentang jadi sampan.berlayar menyisir segala gelombang puncak lautMu
ombakMu bergelora.lautMu membentang.rinduku menantang
majulah meluncur sampanku.memburu gairah rindu.dzikir tak bertepi
menerjang pantai demi pantai.buih demi buih.segala pasir
lajulah
laju
laju sampanku.
jangan lari gelombangMu
:kuseru seribu nama.segenap tanda.isyarat rahasia
sembunyi di balik gelora ombak.gelombang rindu 
rahasia cinta. ayat-ayat kembara petualangan kupu-kupu
yang rindu pada gairah wangi bunga.
                       
                       
Peta Para Penyair
tak ada perjalanan terakhir
lorong sunyi ini tak berujung
kita adalah pasukan terpilih
tanpa kuda tanpa pelana
musyafir pemburu suara gema
ke segala sudut cuaca, taman kota, hingga garis cakrawala
tak ada perjalanan yang usai
hanya seteguk istirah melepas lelah di pojok senja
sambil menghitung berapa jarak telah dilampaui,
kesenyapan yang gemetar ingatkan petualangan sendiri
serta kenangan pada ciuman terakhir sangat manis
tinggal isak yang sayup.
tak ada perjalanan terakhir
-apa yang telah kau catat?-
Ziarah Waktu
berlari mengetuk jendela-jendela. jam berdetak
lantas merayap serupa belatung
aku menggigil
di antara sunyi yang merambati
tebing-tebing pantai dengan jerit camarnya
menghempaskan dalam terjal  karangMU
angin tertawa.bersiutan.
dzikirku yang sia-sia tersungkur di padang api
jam berdetak
tahajudku merintih
tak sanggup memaknai sujud
tak bisa kubaca alifMU
mataku buta setelah  begitu lama memeloti matahari
hingga detak itu menyeru
:kembalilah!
akupun tersungkur
                          
--------------------
Tjahjono Widarmanto, lahir di Ngawi, 18 April 1969. Alumnus IKIP Negeri Surabaya (sekarang Unesa). Pendidikan Pascasarjananya diselesaikan tahun 2006. Tulisan-tulisannya berupa esai sastra, budaya, sosial, pendidikan, cerpen, dan puisi dimuat diberbagai media. Buku puisinya: Di Pusat Pusaran Angin (1997), Kuburan Penyair (2002), Kitab Kelahiran (2003). Sedangkan esai-esainya dibukukan dalam Nasionalisme Sastra (2011).

Share this post

 
Latest Articles