Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved. Minggu, 21 Juni 2009 |
Sajak Agus Kindi |
Anak Hujan Di mataku mendung itu hitam Di matamu hitam adalah gendering Wahai anak-anak hujan yang girang Seperti sebuah perjumpaan Jadikan dingin itu selimut Nanti bila kau pulang bunda akan mencairkan gigil di atas tungku kasih sayang "Kasihan kalian, Nak. Masih kecil sudah jadi pejuang," kata ibunya Anak-anak hujan menunggu pelangi Berpayung biru di bawah hujan itu Sambil berteriak: "Tuan, Cuma seribu. Pakailah payungku!" 6 Maret 2009 Surat Cinta Pa, semalam mama membuatkan segelas susu cokelat untukku Rasanya manis Sudah lama mama tak sempat membuatkan Pa, mama juga bercerita tentang kisah surga dan neraka Aku takut sekali tidak sempat bangunkan papa Pa, mama sempat cium pipiku Bekas lipstiknya belum kuhapus Nanti akan kupamerkan pada Bu Guru dan teman-teman di sekolah Pa, kenapa diam saja memandangi foto mama? Kalau tidak percaya ceritaku, Nanti malam akan kuajari mama menulis surat cinta untuk papa Dengan tinta merah muda yang beraroma bunga melati dan kenanga 6 Maret 2009 Sayap-Sayap Kelam Sayap-sayap kelam berputar mengitari ubun-ubun Bergelayut diragu, bersemedi di itiqaf Bersimfoni di ilusi, bermunajat di rasa Sayap-sayap kelam meresap di pori-pori menyatu dalam rindu Menjajah dalam raga April 2009 Andai Waktu Tak Berputar Andai waktu tak berputar Aku pasti tak berlayar menjajahi masa Menapakkan kaki ke samudra biru Namun waktu terus berputar Menari di kabut rimba hijau Waktu mengajak bertamasya di putaran detik, menit, jam seterusnya Ke eman merah jambu Waktu tak lagi mendengar pekik Kelam dan tangisan abu-abu Namun terkadang mengalir ke hulu merah biru Waktu terus melangkah melingkar di pagar Rindu menuju cahaya hidup Mei 2009 Di Bawah Gerimis Anak Kecil Itu Terpejam Tuhanku yang Mahabaik, turunkan hujan sampai malam nanti ya, biar aku bisa beli obat buat adek bayi. (wajahnya mendongak dan tersenyum) Tuan, Nyonya, Cuma seribu, pakailah payungku. Mei 2009 Laut Cinta, ukhuwah itu kau bentangkan jadi warna Di laut kerinduan dan kenanganku O persembahan bagi tangis dan tawa Di keningmu aku goreskan kisah bersama Ombak yang tak pernah letih untuk bercerita Haru biru peristiwa Mei 2009 Hujan Selalu Menitiskan Cerita Denting yang menari di lorong sunyi malam itu Tak ada gema dan lonceng-lonceng di ujung ranjang menanti pecah Ejalah detik-detik yang ringkih di antara cemas yang terlukis di matanya Mata cinta yang disergap tanya: telah tibakah aku tinggalkan yang fana? Mei 2009 Aku Ingin Sendiri Saja Aku ingin sendiri saja Menembus hujan yang jatuh mengucuri wajah Kutimang detik di ruang tunggu tak jua ada yang tiba Aku ingin sendiri saja Melewati lorong-lorong Sembari melihat daun dan bunga berkeramas di taman cinta Kusapa cemara apakah ada pesannya untukku Ah sendiri saja Sembari menunggu waktu yang mencair Dan kudengar suaranya: Apa kabar cinta? Mei 2009 Sebab Hidup Untuk apa membuat puisi Kalau hanya menumpuki sepi Untuk apa mencinta Bila lara terus menggelegak Untuk apa bermimpi Bila berkubang dalam bayang ilusi Tapi kita harus ada dan jadi lebih baik Sebab hidup adalah lirik dari selaksa senyum dan tangis 25 Mei 2009 ---- Agus Kindi, lahir di Tanjungkarang, Lampung, 14 Agustus 1985. Kini aktif di Forum Lingkar Pena (FLP) Lampung. |