Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved.
Minggu, 1 Februari 2009
Sajak C.H. Yurma
KALAU DATANG SEKARANG
kalau datang kau sekarang
hanya dapat kusajikan
sebentang malam tak bersuluh
bersama katak yang mengumpat
gelak purnama
tapi tetap dapat kubaca
gelap yang menempuh matamu
meski belum berani kuterka
luas dan dalamnya hatimu
kalau memang kau
mau datang sekarang
2008
HUJAN YANG TERPANGGIL
sepeninggal unggas melintas
hanya bau kibas sayap tertinggal
hujan terpanggil seperti desah
lebih lunak
dari jejatuhan bulu halusnya
yang rapuh diperulah angin tinggi
2008
INSOMNIA
badan
jadi bangkai apung
racun kopi
deras ngalir menepak darah
maka jadilah ia laut
tempat lelap berlayar
sejauh-jauh angin
tinggal aku,
jalang ditikam hujan pagi
2008
JARAK MATI
angin gunung mendingin
mendepa laut tiada berpucuk
lenguh binatang berpacu naik
mengolah jarak
jarak diri ke jarak kembali
jarak kembali ke jarak sunyi
jadi jarak mati
2008
KALAU KAU SEPI
kalau kau rasa sepi
ketuklah pintu karibku
yang tak pernah terkunci
tapi harus pula
kau kenal
bunyi denting palu
mengadu tulang
bunyi deru darah
memantik api
dari hati
sebab kalau siap nanti
kutikam kau
jika sepi kembali kau beri
2008
KAPAL BELIA
(aku)
pernah kutatap matamu
mengikuti ke mana arah pandangnya
laut menyambut dan senja begitu tenang
tapi aku takut pada lupa
hingga tak lagi kenal maut di pucuk karang
jika tiba-tiba hendak kucoba memukat tubuhmu
sebab aku kapal belia
kadang candu dimabuk ombak
maka kuputuskan sebuah cara
seperti melontar doa-doa ke liang awan
kelak hujan atau kemarau akan menyudahinya
2008
KOTA YANG MELEPAS
berkelok patah
jambi-padang
tumbuh-mekarnya
lagu tualang
tapi di mana
hujan menderas
dalam darahku
waktu
sudah membeku
2008
MALAM LAIN
nyinyir saluang mengendap turun
ranah sakit yang diamuk musim
mencabut akar menung
tergasinglah rinduku
tentang rantau tanah kelahiran
sebab kampung serupa sawah
musim kemarau di kandung harap
menggapai untung lambung
tak dapat-dapat
2008
PERIH
tapi mata kami lebih dahulu basah
menjelang jatuh hujan senja
mengutip musim
bekicot menyeret simpuh
melukis cangkang di tanah tepi
dengan langkah
yang terus terlambat sampai
darahku ikut berkeluh
mengenang letih
tapi perih itu tak lagi berpunya
sebab cinta menguras air mata
hingga dasar gemetar dada
2008
C. H. Yurma. Lahir di Jambi, 23 April 1984. Kuliah di Jurusan Sastra Daerah Minangkabau, Universitas Andalas Padang. Bergiat di Ranah Teater dan Rumah Kreatif Kandangpadati Padang.