Selasa, 14 Juni 2011

Sajak Tjahjono Widarmanto


Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved.
Minggu, 18 Januari 2009
Sajak Tjahjono Widarmanto

SEBUAH TAMAN

akan kutunjukkan pada kalian

sebuah taman

tak hanya untuk meneguk aroma kembang

atau indahnya warna sayap kupu-kupu

tak hanya kalian bisa menangkap getar sayap burung

atau menatap senyum langit yang menggoda

akan kutunjukkan pada kalian

sebuah taman

tempat seribu puisi berbiak dalam hati

wanginya meresap di palung hati.

ya, sebuah taman untuk kalian.

2008

PETA PARA PENYAIR

tak ada perjalanan terakhir

lorong sunyi ini tak berujung

kita adalah pasukan terpilih

tanpa kuda tanpa pelana

musyafir pemburu suara gema

ke segala sudut cuaca, taman kota, hingga garis cakrawala

tak ada perjalanan yang usai

hanya seteguk istirah melepas lelah di pojok senja

sambil menghitung berapa jarak telah dilampaui,

kesenyapan yang gemetar ingatkan petualangan sendiri

serta kenangan pada ciuman terakhir sangat manis

tinggal isak yang sayup.

tak ada perjalanan terakhir

- apa yang telah kau catat?-

ngawi-2007

SIUL BURUNG ITU

siul burung itu

pagi hari

hinggap di telinga

hinggap pula segala manisnya kenangan

kampung halaman yang tercatat di buku harian

siulnya mengabarkan rasa kangen

kenangan sungai, hutan kecil, dan tunas-tunas jati

tembang-tembang dolanan yang bergema

saat purnama di pelataran

juga wajah ibu yang menyimpan

taman surga di senyumnya.

siul burung itu

pagi hari

hinggap di telinga dengan rasa rindu

tembang kinanti dari seorang ibu.

2007

SEBUAH SUBUH DI BULAN AGUSTUS

subuh di bulan agustus

seharusnya kita tangkap aromanya berbeda

bukankah saat yang tepat mengenang gerimis air mata

yang pernah tumpah dan tuntas di bumi pertiwi

subuh di bulan agustus

mestinya lebih syahdu dari subuh yang lain

namun, mengapa kita masih saja meringkuk

di balik selimut kemanjaan.

2007

KOTAKU

kotaku tiba-tiba penuh baja dan logam

taman-taman ditumbuhi belukar api

dan dendam jadi bara di mana-mana

terbetik berita di koran dan teve

orang-orang menggenggam batu dan kapak

anak-anak berlarian memburu bapaknya

bapak-bapak berlarian memburu anaknya

langit kotaku tiba-tiba hujan batu

bau mesiu terbakar kemarau

tak ada lagi yang sudi termangu!

Surabaya-Yogya

KUCARI SEBUAH ALAMAT

*)mengenang nenek

kucari sebuah alamat

tempat wangi semerbak rambutmu berhembus

tersenyum pada gerimis

menari untuk bumi

kucari lewat bermil-mil arus sungai

dan tiupan angin berderai

kucari sebuah alamat

muara segala rahasia

kucari lewat buih-buih ombak

meluncur ke arah sarang burung

meniti puncak langit

lewat helai rambutmu wangi

kucari sebuah alamat. akhir segala resah

tuntas di puncak cinta

klaten, 2008

RUMAH PUISI

akan kubangun rumah bagi jiwa

yang lelah dan dahaga

seperti taman tempat istirah

menghikmati aroma bunga.

tempat kau dan aku berbenah

membasuh luka menidurkan resah.

akan kubangun rumah

berbata frase berpilar kata

kokoh di dada semesta

rumah tempat kita

menghikmati angin

bertabik pada langit

menari untuk bumi

di pelatarannya mengalir bening telaga

tempat kita senantiasa berkaca

berani menatap wajah sendiri

tabah menghitung luka sendiri

ikan-ikan berenang di dalamnya

bersama teratai mengajak kita

samadi dalam sunyi

merangkul rembulan dan matahari

mengecup senyum pada cakrawala

bercanda dengan mekar bunga

akan kubangun rumah

kunamai:puisi

tempat membaringkan lelah

sambil membaca sejarah

akan kubangun rumah puisi

siapa saja bisa bertamu

untuk menghapus luka dahaga jiwa

kedah, 2007

Tjahjono Widarmanto lahir di Ngawi, 18 April 1969. Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Surabaya ini menyelesaikan studi pascasarjana bidang linguistik dan kesusastraan tahun 2006. Sajak Tjahjono Widarmanto lainnya >>klik di sini>>