Copyright © 2003 Lampung Post. All rights reserved. Minggu, 18 Januari 2009 |
Sajak Tjahjono Widarmanto |
SEBUAH TAMAN akan kutunjukkan pada kalian sebuah taman tak hanya untuk meneguk aroma kembang atau indahnya warna sayap kupu-kupu tak hanya kalian bisa menangkap getar sayap burung atau menatap senyum langit yang menggoda akan kutunjukkan pada kalian sebuah taman tempat seribu puisi berbiak dalam hati wanginya meresap di palung hati. ya, sebuah taman untuk kalian. 2008 PETA PARA PENYAIR tak ada perjalanan terakhir lorong sunyi ini tak berujung kita adalah pasukan terpilih tanpa kuda tanpa pelana musyafir pemburu suara gema ke segala sudut cuaca, taman kota, hingga garis cakrawala tak ada perjalanan yang usai hanya seteguk istirah melepas lelah di pojok senja sambil menghitung berapa jarak telah dilampaui, kesenyapan yang gemetar ingatkan petualangan sendiri serta kenangan pada ciuman terakhir sangat manis tinggal isak yang sayup. tak ada perjalanan terakhir - apa yang telah kau catat?- ngawi-2007 SIUL BURUNG ITU siul burung itu pagi hari hinggap di telinga hinggap pula segala manisnya kenangan kampung halaman yang tercatat di buku harian siulnya mengabarkan rasa kangen kenangan sungai, hutan kecil, dan tunas-tunas jati tembang-tembang dolanan yang bergema saat purnama di pelataran juga wajah ibu yang menyimpan taman surga di senyumnya. siul burung itu pagi hari hinggap di telinga dengan rasa rindu tembang kinanti dari seorang ibu. 2007 SEBUAH SUBUH DI BULAN AGUSTUS subuh di bulan agustus seharusnya kita tangkap aromanya berbeda bukankah saat yang tepat mengenang gerimis air mata yang pernah tumpah dan tuntas di bumi pertiwi subuh di bulan agustus mestinya lebih syahdu dari subuh yang lain namun, mengapa kita masih saja meringkuk di balik selimut kemanjaan. 2007 KOTAKU kotaku tiba-tiba penuh baja dan logam taman-taman ditumbuhi belukar api dan dendam jadi bara di mana-mana terbetik berita di koran dan teve orang-orang menggenggam batu dan kapak anak-anak berlarian memburu bapaknya bapak-bapak berlarian memburu anaknya langit kotaku tiba-tiba hujan batu bau mesiu terbakar kemarau tak ada lagi yang sudi termangu! Surabaya-Yogya KUCARI SEBUAH ALAMAT *)mengenang nenek kucari sebuah alamat tempat wangi semerbak rambutmu berhembus tersenyum pada gerimis menari untuk bumi kucari lewat bermil-mil arus sungai dan tiupan angin berderai kucari sebuah alamat muara segala rahasia kucari lewat buih-buih ombak meluncur ke arah sarang burung meniti puncak langit lewat helai rambutmu wangi kucari sebuah alamat. akhir segala resah tuntas di puncak cinta klaten, 2008 RUMAH PUISI akan kubangun rumah bagi jiwa yang lelah dan dahaga seperti taman tempat istirah menghikmati aroma bunga. tempat kau dan aku berbenah membasuh luka menidurkan resah. akan kubangun rumah berbata frase berpilar kata kokoh di dada semesta rumah tempat kita menghikmati angin bertabik pada langit menari untuk bumi di pelatarannya mengalir bening telaga tempat kita senantiasa berkaca berani menatap wajah sendiri tabah menghitung luka sendiri ikan-ikan berenang di dalamnya bersama teratai mengajak kita samadi dalam sunyi merangkul rembulan dan matahari mengecup senyum pada cakrawala bercanda dengan mekar bunga akan kubangun rumah kunamai:puisi tempat membaringkan lelah sambil membaca sejarah akan kubangun rumah puisi siapa saja bisa bertamu untuk menghapus luka dahaga jiwa kedah, 2007 Tjahjono Widarmanto lahir di Ngawi, 18 April 1969. Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Surabaya ini menyelesaikan studi pascasarjana bidang linguistik dan kesusastraan tahun 2006. Sajak Tjahjono Widarmanto lainnya >>klik di sini>> |