LampungPost, Sabtu, 09 July 2011 20:53
Istirah
Istirah
membuka jendela mengharap sejuk menyapa
ketika semalam bulan takluk pada gumpalan awan hitam
dan rumah di bumi rasa terendam sekam
kemudian menyapu lantai, mengaburkan debu ke tong itu
dan membuka pula pintu; “siapa tahu bakal ada tamu!”
membuka jendela mengharap sejuk menyapa
siapa pun ingin menanggalkan daun-daun yang terbakar
sinar, siapa pun ingin berteman, tak sendirian, dan
berkencan, barangkali tamu nanti adalah ia kembali
barangkali, mengharap memang diharap
membuka jendela, membuka pintu, menunggu
siapa tahu tamu itu telah lama kenal aku
jendela terbuka
wajah yang lugu setia menyapa
gambaran dari kisah-kisah
berbingkai segi empat
dua bola mata menatap
menatap hidup
menghirup kehidupan
jendela terbuka
wajah ramah
pandangan istirah
senyum yang hangat
menjanjikan sebuah tempat
jendela yang terbuka
wajah yang lelah
pandangan kosong
ia terbangun dari hidup
yang mendera dan mendera
sesekali berisi senyuman
sesekali tersirat harapan
jendela tak terbuka
ia entah ke mana
Jeudi, 03 Fevrier 2011
Pulang
tegak rindang meneduhi
tambatan insan di bumi
bila daun dipohon luruh
bertulis namaku
pulang diri ke alam baka
Jeudi, 03 Fevrier 2011
Lampu Dzikir
membangun bukit dzikir membakar hangus kuman hati
nerebos dinding-dinding kosong tanpa isi
ke mana tubuh hancur diserahkan
di mana kilau roh berpulang
ke mana ingatan di saat tidur dan pingsan
adakah lampu dzikir
tetap menyala?
benih telah ditabur
tinggal lagi menyiram
pohon telah membuah
tinggal lagi dipetik
rindang pohonnya jadi tempat di mana
kafilah berteduh diri
Jeudi, 03 Fevrier 2011
Bunyi
ketika sangkakala berbunyi pertama
bumi hancur!
bunyi kedua bangkit mahkluk dari liang kubur
di Padang Mahsar
menanti nasib
Jeudi, 03 Fevrier 2011
Masa
demi masa,
pasti manusia akan terseret dalam kerugian
melainkan orang-orang yang beramal sholeh dan beriman
serta saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran
kebingungan manusia tanpa agama,
manakala hidupnya cuma tersisa dengan kesibukan
serta memburu ketidakpastian yang hanya bermuara
pada kekecewaan dan tak terselamatkan
terkejar-kejar dalam ruangan, tanpa pintu dan jendela
berulang sudah pergantian musim, kita ini tanpa sadar,
sekedar anak mainan
nanti akan datang, tiap waktu pun telah datang
dan kita tidak tahu,
apakah sebenarnya bila saat tiba
Jeudi, 03 Fevrier 2011
Dada
langkah dan jejak
ada napas
tidak menduga
kata memuji
tatkala pedih
sujud
inilah iman
iman!
tepat di dada
Jeudi, 03 Fevrier 2011
-------
Restoe Prawironegoro Ibrahim,
penyair dan cerpenis yang lahir di Surabaya. Di Jakarta hanya menjadi
manusia urban berpolitisasi pengelana dengan karya-karyanya yang sudah
banyak dimuat di berbagai media. Kini sedang beradaptasi dengan dunia
sastra pascaposmodernisme.